PERAN MAHASISWA YANG IDEAL UNTUK PERBAIKAN
Mahasiswa, secara etimologis berarti siswa yang
di-maha-kan, siswa yang dihormati dan dihargai di lingkungan sekitar terutama
lingkungan berbangsa bernegara. Bukan hanya itu, melainkan ada yang lebih
substansial lagi, mahasiswa dalam menjalankan aktifitasnya dituntut untuk
mandiri, kreatif, dan idependen.
Dalam kehidupan bermasyarakat, mahasiswa menjadi suatu
komunitas unik yang khas, bahkan ada yang mengatakan sebagai suatu yang aneh.
Mengapa demikian? Karena mahasiswa secara historis telah mencatatkan kaki dalam
sejarah perubahan, menjadi garda terdepan, dan motor penggerak perubahan.
Komunitas mahasiswa dikenal dengan jiwa militannya dan pengorbanan yang tak
kenal lelah mempertahankan idealismenya, yang lebih substansial lagi, mahasiswa
mampu berada sedikit di atas kelas masyarakat karena dengan kesempatan dan
kelebihan yang dimilikinya,
Melihat potensi mahasiswa yang begitu besar, tidak
sepantasnyalah peran mahasiswa yang hanya mementingkan kebutuhan pribadi saja.
Melainkan harus tetap berkontribusi terhadap bangsa dan negarnya. Seperti yang
telah dituliskan di atas, mahasiswa bukan menjadi siswa yang tanggung jawabnya
hanya belajar, mahasiswa memiliki tempat tersendiri di lingkungan masyarakat,
namun bukan berarti memisahkan diri dari masyarakat.
Setidaknya ada empat peranan mahasiswa yang menjadi
tugas dan tanggung jawab yang harus dipikul. Peranan ini diturunkan apa yang
seharusnya dan paling idealnya.
1.
Creator of Change
Selama ini
kita mendengar bahwa peranan mahasiswa hanya sebagai agen perubahan. Saya mengatakan
itu tidaklah benar, mengapa? Karena dalam definisinya kata ”agen” hanya merujuk
bahwa mahasiswa hanyalah sebagai pembantu atau bahkan hanya menjadi objek
perubahan, bukan sebagai pencetus perubahan. Inilah alasan mengapa saat ini
peranan mahasiswa banyak yang diboncengi pencetus perubahan lain seperti partai
politik, ormas, dan lainnya. Melihat dari kata ”pencetus”, mahasiswa seharusnya
dapat bergerak independen, sesuai dengan idealisme mereka.
Hal ini
dapat lihat, ketika kondisi bangsa ini sekarang tidaklah ideal, banyak sekali
permasalahan bangsa yang ada, mulai dari korupsi, penggusuran, ketidakadilan,
dan lain sebagainya. Mahasiswa yang mempunyai idealisme sudah seharusnya
berpikir dan bertindak bagaimana mengembalikan kondisi negara menjadi ideal.
Lalu, apa yang menjadi alasan untuk berubah? Secara substansial, perubahan
merupakan harga mutlak, setiap kebudayaan dan kondisi pasti mengalami perubahan
walaupun keadaanya tetap diam –sudah menjadi hukum alam. Sejarah telah
membuktikan, bahwa perubahan besar terjadi di tangan generasi muda mulai dari
zaman nabi, kolonialisme, reformasi, dan lain sebagainya. Maka dari itu,
mahasiswa dituntut bukan hanya menjadi agen perubahan saja, melainkan pencetus
perubahan itu sendiri yang tentunya ke arah yang lebih baik.
2.
Iron Stock
Peranan
mahasiswa yang tak kalah penting adalah iron stock atau mahasiswa dengan
ketangguhan idealismenya akan menjadi pengganti generasi-generasi sebelumny,
tentu dengan kemampuan dan akhlak mulia. Dapat dikatakan, bahwa mahasiswa
adalah aset, cadangan, dan harapan bangsa masa depan. Peran organisasi kampus
tentu mempengaruhi kualitas mahasiswa, kaderasasi yang baik dan penanaman nilai
yang baik tentu akan meningkatkan kualitas mahasiswa yang menjadi calon
pemimpin masa depan. Pasti timbul pertanyaan, bagaimana cara mempersiapkan
mahasiswa agar menjadi calon pemimpin yang siap pakai? Tentu jawabannya adalah
dengan memperkaya pengetahuan yang ada terhadap masyarakatnya. Selain itu,
mempelajari berbagai kesalahan yang ada pada generasi sebelumnya juga
diperlukan sehingga menjadi bahan evaluasi dalam pengembangan diri.
Ada satu
pertanyaan yang menggelitik bagi saya, mengapa bernama iron stock? Bukan
golden atau silver stock? Hal ini masuk akal, karena sifat besi
itu sendiri yang berkarat dalam jangka waktu lama, sehingga diperlukan
pengganti besi-besi sebelumnya. Filosofi ini dapat dibenarkan, karena manusia
yang disimbolkan sebagai besi tentu akan mati dan kehilangan tenaganya, maka
dari itu dibutuhkan generasi manusia baru sebagai pengganti yang lebih baik.
3.
Social Control
Peran
mahasiswa sebagai kontrol sosial terjadi ketika ada yang tidak beres atau
ganjil dalam masyarakat dan pemerintah. Mahasiswa dengan gagasan dan ilmu yang
dimilikinya memiliki peranan menjaga dan memperbaiki nilai dan norma sosial
dalam masyarakat. Mengapa harus menjadi social control? Kita semua tahu,
bahwa mahasiswa itu sendiri lahir dari rahim rakyat, dan sudah seyogyanya
mahasiswa memiliki peran sosial, peran yang menjaga dan memperbaiki apa yang
salah dalam masyarakat.
Saat ini di
Indonesia, masyarakat merasakan bahwa pemerintah hanya memikirkan dirinya
sendiri dalam bertindak. Usut punya usut, pemerintah tidak menepati janji yang
telah diumbar-umbar dalam kampanye mereka. Kasus hukum, korupsi, dan pendidikan
merajalela dalam kehidupan berbangsa bernegara. Inilah potret mengapa mahasiswa
yang notabene sebagai anak rakyat harus bertindak dengan ilmu dan kelebihan yang
dimilikinya. Lalu bagaimana cara agar mahasiswa dapat berperan sebagai kontrol
sosial? Mahasiswa harus menumbuhkan jiwa sosial yang peduli pada keadaan rakyat
yang mengalami penderitaan, ketidakadilan, dan ketertindasan. Kontrol sosial
dapat dilakukan ketika pemerintah mengeluarkan suatu kebijakan yang merugikan
rakyat, maka dari itu mahasiswa bergerak sebagai perwujudan kepedulian terhadap
rakyat.
Pergerakan
mahasiswa bukan hanya sekedar turun ke jalan saja, melainkan harus lebih
substansial lagi yaitu diskusi, kajian dan lain sebagainya. Bukan hanya itu,
sifat peduli terhadap rakyat juga dapat ditunjukkan ketika mahasiswa dapat
memberikan bantuan baik secara moril dan materil bagi siapa saja yang
membutuhkannya.
4.
Moral Force
Moral force atau
kekuatan moral adalah fungsi yang utama dalam peran mahasiswa dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Lalu mengapa harus moral force? Mahasiswa dalam
kehidupannya dituntut untuk dapat memberikan contoh dan teladan yang baik bagi
masyarakat. Hal ini menjadi beralasan karena mahasiswa adalah bagian dari
masyarakat sebagai kaum terpelajar yang memiliki keberuntungan untuk menempuh
pendidikan yang lebih tinggi.
Kini, peran
mahasiswa yang satu ini telah banyak ditinggalkan, banyak kegiatan mahasiswa
yang berorientasi pada kehidupan hedonisme. Amanat dan tanggung jawab yang
telah dipegang oleh mahasiswa sebagai kaum terpelajar telah ditinggalkan begitu
saja. Jika ini terjadi, kegiatan mahasiswa bukan lagi berorientasi pada rakyat,
hal ini pasti akan menyebabkan generasi pengganti hilang. Maka dari itu, peran moral
force sangat dibutuhkan bagi mahasiswa Indonesia yang secara garis besar
memiliki goal menjadikan negara dan bangsa ini lebih baik.
Mahasiswa
dengan segala keunikan dan kelebihannya masih sangat rentan, sebab posisi mahasiswa
yang dikenal sebagai kaum idealis harus berdiri tegap di antara idealisme
mereka dan realita kenyataan. Realita ini yang ada dalam masyarakat, di saat
mahasiswa tengah berjuang membela idealisme mereka, tenyata di sisi lain
realita yang terjadi di masyarakat semakin buruk. Saat mahasiswa berpihak pada
realita, ternyata secara tak sadar telah meninggalkan idealisme dan ilmu yang
seharusnya di implementasikan. Inilah yang menjadi paradoks mahasiswa saat ini.
Posisi
mahasiswa di masyarakat juga masih dianggap sebagai kaum ekslusif, kaum yang
hanya bisa membuat kemacetan di kala aksi, tanpa sekalipun memberikan hasil
yang konkret, yang dapat dirasakan oleh masyarakat. Dengan kata lain,
perjuangan dan peran mahasiswa saat ini telah kehilangan esensinya sehingga
masyarakat sudah tidak menganggap peran mahasiswa sebagai suatu harapan. Inilah
paradigma yang seharusnya diubah, jurang lebar antara masyarakat dan mahasiswa
harus dihapuskan. Penulis berpendapat, bahwa peran mahasiswa saat ini
seyogyanya memiliki kesinergisan masyarakat dimana mahasiswa bernaung sebagai
anak rakyat, semoga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar