Pengurangan
Subsidi BBM untuk Rakyat Indonesia
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan pengurangan
subsidi bahan bakar minyak (BBM) harus dilakukan untuk menjaga stabilitas
anggaran dan juga meringankan beban APBN. "Terus terang tidak sehat dan
kurang aman. Kalau tidak perbaiki anggaran kita akan melebihi 3 persen dan
melanggar Undang-Undang. Dengan defisit yang besar, ketahanan ekonomi kita akan
terganggu," kata Presiden saat membuka Musyawarah Rencana Pembangunan
Nasional (Musrenbangnas), di Jakarta. Subsidi BBM yang amat besar mengakibatkan
anggaran untuk kesejahteraan rakyat dan pengurangan kemiskinan menjadi semakin
sedikit, juga pembangunan infrastruktur terbatas," tambahnya.
Oleh karena itu, pengurangan subsidi bahan bakar minyak, kata
Presiden, harus dilakukan dalam waktu dekat. "Bila kita tidak lakukan
sesuatu, bila perekonomian tidak dijaga dengan baik nanti akan mendapatkan
kesulitan. Saya harus katakan dengan gamblang bahwa subsidi BBM memang perlu
dikurangi cara dengan menaikkan harga BBM terbatas dan terukur, kenaikan harus
terbatas, tertentu dan terukur," ujarnya.
Subsidi
BBM sejatinya adalah program yang dirancang untuk mensejahterakan rakyat,
mengurangi beban rakyat dalam hal pembiayaan penggunaan bahan bakar kendaraan
bermotor, tetapi kembali lagi kepada realitanya bahwa yang menikmati subsidi
tersebut bukanlah kalangan yang seharusnya menerima, karena memang benar tidak
semua lapisan masyarakat memiliki kendaraan bermotor yang menjadi syarat utama
dapat menerima subsidi bbm, dan juga banyak kalangan elite yang bersikeras
mendapatkan subsidi tersebut seperti membawa kendaraan jelek untuk membeli BBM,
menyuruh pembantu untuk membeli BBM menggunakan kendaraannya, dan masih banyak
lagi praktik-praktik lain yang digunakan untuk memperolehnya.
Pokok
permasalahan ini semua karena tidak cakapnya pemerintah mengelola sumber daya
alam berupa minyak bumi yang tersebar di hampir seluruh Indonesia, banyak
kilang-kilang minyak bumi milik Indonesia yang dikelola oleh pihak asing
seperti Exon Mobile, Petronas, Cina Oil dan lain sebagainya. BUMN Indonesia
sendiri sebenarnya mampu untuk mengelolanya seperti Pertamina, tapi sangat
disayangkan karena berbagai kepentingan produksi BBM diserahkan sepenuhnya
kepada pihak asing, BUMN Indonesia sendiri seperti Pertamina hanya diberi jatah
distribusi BBM oleh pemerintah.
Saat
audiensi artikel ini Wahyudi Iman Satria selaku presiden BEM KM UNY menegaskan
bahwa “Indonesia telah mati di lumbung sendiri” bukan berpesimis ria tetapi
memang perlu adanya pembelajaran politik yang tegas serta lugas kepada seluruh
masyarakat Indonesia bahwasanya Indonesia masih sakit dan akan dipertahankan
sakit oleh pihak-pihak asing agar tidak lepas dari cengkeram kapitalisme, agar
masyarakat sadar secara seutuhnya terutama pemuda Indonesia bahwa banyak
kasus-kasus sosial yang perlu dipecahkan jalan keluarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar